Tahun
2005 saya lulus dari universitas diponegoro sebagai sarjana matematika. Kuliah saya
selesaikan dalam jangka waktu empat setengah tahun, tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lama. Tidak ada yang istimewa selama saya kuliah s1. Bahkan nilai
mata kuliah saya termasuk dibawah rata-rata. Saya saat itu merasa bahwa saya
kuliah sekedar untuk mendapatkan ijazah dan lulus ala kadarnya. Saya juga tidak
aktif di organisasi bahkan saya lebih banyak waktu di luar kampus karena saya
harus mencari tambahan biaya hidup untuk kuliah. Untunglah untuk biaya kuliah
tiap semester sudah diusahakan oleh orang tua. Sehingga saya merasa bahwa saya
harus bisa meringankan beban orang tua dengan membiayai hidup saya sendiri.
Tahun
2005 setelah saya wisuda saya memutuskan untuk pulang kampung. Hal ini
dikarenakan orang tua sangat mengharap bahwa saya bisa pulang dan mengabdikan
kemampuan saya di kampung dan tinggal dekat dengan orang tua. Kemudian tahun
itu juga saya melamar pekerjaan sebagai guru madrasah di daerah dekat dengan
rumah saya. Saya mengajar mata pelajaran matematika di sekolah swasta. Gaji yang
kecil dan fasilitas yang minim adalah gambaran umum untuk pekerjaan seperti
saya. Bahkan memang waktu itu nasib guru di daerah pedalaman memang
termarginalkan. Tapi itulah pilihan saya waktu itu. Walaupun dengan segala
keterbatasan dan kekurangan yang ada saya menjalani dengan senang dan ikhlas.
Seiring
berjalannya waktu ternyata saya sangat menikmati pekerjaan saya. Saya merasakan
bahwa kebahagiaan hidup dan kepuasan terhadap pekerjaan tidak semata-mata
diukur hanya dari gaji dan fasilitas yang didapat. Saya menikmati pekerjaan
saya waktu itu dan merasakan ada kepuasan batin yang didapat di saat ilmu saya
berguna dan berarti bagi mereka anak didik saya.
Dua tahun
saya menjalani pekerjaan saya sebagai seorang guru. Bahkan di tahun kedua saya
mendapat tawaran untuk mengajar di sekolah lain yang tak jauh dari sekolah yang
pertama. Saya kemudian menerima tawaran itu dan akhirnya tahun berikutnya saya
sangat sibuk untuk mngajar di dua sekolah sekaligus. Ada dua alasan mengapa
saya menerima tawaran tersebut. Pertama sekolah itu adalah sekolah dimana saya
pernah belajar, yang kedua gaji yang saya dapatkan dari sekolah yang sekarang belum
cukup untuk membiayai hidup saya apalagi untuk membantu orang tua.
Satu
tahun berjalan dengan kesibukan yang luar biasa yaitu mengajar di dua sekolah
yang berbeda. Kesibukan masih ditambah lagi dengan tambahan les untuk siswa
kelas tiga yang akan menghadapi ujian akhir sekolah. Malam hari saya pun harus
tersita karena saya lagi-lagi dimintai tenaga untuk membimbing siswa yang
tinggal di asrama sekolah. Sungguh beban yang luar biasaberat dan jadwal yang
sangat padat. Puji tuhan yang telah memberikan saya kekuatan untuk melewati
masa itu.
Seiring
berjalan waktu saya mulai merasa lelah dan ada kebimbangan di hati saya. Saya merasa
beban tanggung jawab saya terlalu besar dan kemampuan saya belum cukup. Saya merasa
perlu untuk meningkatkan kemampuan saya sekaligus belajar banyak hal. Tahun 2007
saya mendengar ada tawaran beasiswa untuk guru sekolah. Saya merasa ini
kesempatan saya untuk meningkatkan kemampuan diri sekaligus belajar lagi. Dan ini
sekaligus tantangan bagi saya untuk membuktikan memperbaiki kekurangan yang
saya dapatkan waktu kuliah s1 terutama nilai2 saya yang dibawah rata2. Akhirnya
saya mengikuti serangkaian proses seleksi dan berusaha dengan semaksimal
mungkin. Saya tak lupa memohon doa kepada orang tua dan guru-guru serta teman2
seperjuangan untuk keberhasilan beasiswa ini. Akhirnya tiba saat pengumuman
hasil penerimaan beasiswa pendidikan master bagi guru sekolah. Sungguh bahagia
dan terharu ketika saya melihat nama saya terpampang di daftar pengumuman
peserta yang lolos beasiswa s2. Akhirnya tuhan mengabulkan doa hambanya seperti
yang diinginkan. Inilah titik awal saya memulai kehidupan saya di kota
surabaya. Di kota ini semangat saya bersemi kembali. Di kota ini kepercayaan
diri saya bangkit sebagaimana bangkitnya semangat para pahlawan kemerdekaan di
kota pahlawan, surabaya
Semangat dari kota Surabaya
Reviewed by Zaenal Arifin
on
8:09 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment